TIMESINDONESIA, JAKARTA – Bali memang tempat wisata favorit semua orang, mulai dari wisatawan domestik hingga mancanegara. Di kala pandemi pun masih banyak yang datang berbondong-bondong ke sana, entah untuk melepas penat atau bahkan kerja sambil berlibur. Tetapi salah satu hal yang tidak boleh dilewatkan yaitu buah tangan atau oleh-oleh yang khas dan beragam, mulai dari kudapan hingga pernak pernik yang Bicara tentang hal tersebut, saat ini sudah menjamur pusat oleh-oleh yang menjual segala pernak-pernik seperti gelang, kalung, bahkan baju-baju kaus dengan motif khas. Selain itu ada juga kudapan seperti pie susu, cokelat rasa asli Bali, kopi khas Bali, dan banyak lagi. Di antara banyaknya pusat oleh-oleh tersebut, salah satunya adalah toko Erlangga 1 dan Erlangga 2. Dua toko inijaraknya berdekatan satu dengan lainnya. Untuk Erlangga 1 berlokasi di Jl. Nusa Kambangan no. 28B, sedangkan untuk Erlangga 2 terletak di Jl. Nusa Kambangan no. 162. Hanya terpisah sejauh 1 km saja. Dibangun pada tahun 90-an untuk Erlangga 1 dan sekitar tahun 2003 untuk Erlangga 2, kedua toko tersebut menjual barang yang sama. Hanya saja, untuk Erlangga 2 lebih lengkap dari segi barang dan juga fasilitasnya. Sebut saja tempat parkir yang lebih luas, foodcourt, mushola, bahkan terdapat layanan mesin ATM. Selain itu juga terdapat dua pintu masuk agar lebih memudahkan pengunjung yang datang. Di Erlangga 2 yang memiliki bangunan dua lantai, para pengunjung bisa leluasa eksplor segala macam oleh-oleh yang diinginkan. Pada lantai pertama, kalian akan menemukan pernak-pernik dan juga karya seni yang unik. Sedangkan di lantai dua, pakaian khas Bali dan juga kaus serta alas kaki lebih mendominasi. Menurut Rico Bagus, salah satu staff di Erlangga 2, mengatakan bahwa dibangunnya Erlangga 1 dan 2 adalah sebagai wujud dari keinginan sang pendiri untuk membuat pusat oleh-oleh pertama, dikarenakan pada saat itu semua masih berupa pedagang asongan. "Dibangunnya itu karena mau membuat oleh-oleh ritel pertama di Bali, karena yang lain masih berupa asongan," terangnya saat dihubungi via WhatsApp Sabtu 26/03/2022. Mereka menargetkan penjualannya kepada para wisatawan yang datang ke Bali, dan menurut penuturannya, banyak pengunjung yang tertarik datang dikarenakan produk pilihan mereka yang autentik. "Kalo sasaran jelas tamu-tamu pelancong yang datang ke Bali ya. Mereka suka karena bentuk oleh-oleh dan cinderamata itu sendiri. Kita ambil yang autentik untuk jadi oleh-olehnya," papar Rico. Pada kondisi pandemi di awal 2020 lalu, kedua toko baik Erlangga 1 dan Erlangga 2 sempat mengalami penurunan diakibatkan imbas dari ditutupnya kunjungan tamu domestik dan mancanegara. Tetapi mereka tidak berhenti berinovasi dan membuka toko online sebagai jalan keluarnya, dengan alasan agar orang-orang yang rindu berlibur ke Bali bisa membeli pernak-perniknya dengan mudah. Salah satunya yaitu membuat akun instagram dengan nama dan hingga saat ini mulai bangkit kembali. "Kendala di pandemi, itu karena menurunnya tingkat pariwisata ya, jadi kunjungan tamu lokal sama internasional berkurang. Untuk keadaan terkini pelan-pelan sudah mulai bangkit lagi, tapi ya gitu belum seperti dulu," sambung Rico Rico juga menambahkan harapan untuk ke depannya, agar kondisi pariwisata di Bali lekas membaik. "Bahkan bisa lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Dah itu aja sih," pungkasnya. *** Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
detikTravel Community - Ada oleh-oleh baru dari Pulau Dewata yang bisa traveler coba, yaitu kue lapis legit. Manisnya bisa jadi buah tangan untuk keluarga di Bali sudah tak asing didengar oleh warga lokal atau pun mancanegara. Apapun tujuanmu saat pergi ke Bali, entah untuk berselancar, refreshing dengan menghirup udara segar pantai, ataupun mengagumi budaya bali yang masih kental dengan adatnya. Namun, kamu juga pasti tetap ingin membawa buah tangan khas Bali untuk orang-orang tercinta daerah memiliki jajanan yang unik dan khas yang perlu kita cobain. Oleh-oleh dari pulau dewata ini gak melulu harus coklat, gantungan kunci, baju barong, pie susu dan pia legong. Kini telah tersedia oleh-oleh khas Bali yaitu Lapis Legit dari Harum Cake atau biasa disebut dengan 'Layer Cake' yang artinya adalah kue berlapis-lapis ini disajikan dengan aroma butter yang lapis legit merupakan salah satu kue tradisional Indonesia yang tidak kalah dengan cita rasa kue di era modern saat ini. Bentuk kue lapis legit ini seperti namanya, berlapis – lapis hampir menyerupai kue lapis pada berbeda dari Lapis Legit pada umumnya, Lapis Legit ini sangat memanjakan lidah wisatawan yang membelinya, ada berbagaimacam rasa, Original, Keju, Pandan. Selain itu, tersedia juga dalam bentuk roll Cake tidak hanya menjual Lapis Legit saja, namun juga menjual Roll Cake, Kue Kering dan juga Mini Ambon. Untuk rasa dari Lapis Legit itu sendiri memiliki rasa yang beraroma manis, lembut, dan legit sesuai dengan nama dari kue-nya juga. Pilihan rasa yang ditawarkan antara lain;Original, Kopi, Coklat, Spekuk, Pandan, Coklat Belang, Prunes, Keju, Kismis, Green Tea, Almond, Keju SLice, Irish Coffe dan Khawatir, Lapis Legit ini dapat bertahan 2hari di luar kulkas, dan 10hari di dalam Kulkas. Sangat cocok untuk dijadikan yang paling banyak disukai wisatawan adalah Keju, Prunes, Coklat Belang, Original, Almond. Namun, yang ready di setiap harinya adalah Original, Keju, dibandingkan dengan kue pada umumnya, lapis legit ini harganya cukup menguras kantong terlebih jika anda membelinya di Jakarta, karena Lapis Legit ini sesungguhnya hanya tersedia di Bali. Harganya cukup ukuran diameter 20 dibandrol harga mulai dari 150ribu - 200ribu, tapi dengan rasa yang sangat worth it. Harga dari Lapis Legit ini beragam, tergantung dengan rasanya, dan ini adalah harga yang ditawarkan- Mini Roll Cake Rp Kue Kering Rp Ambon Mini Rp Original Rp Kopi, Coklat Rp Spekuk, Pandan, Coklat Belang, Prunes, Keju, Kismis, dan Green Tea Rp Almond Tree, Keju Slice Rp Irish Coffe, Kurma Rp ini dikarenakan cita rasa kue lapis legit yang khas dan cara pembuatannya yang sedikit rumit. Karena dalam pembuatan Kue ini bsangat membutuhkan ketelatenan dan kesabaran, kue harus dibikin dipanggang selapis demi selapis. Namun dibalik itu semua, kue lapis legit ini sudah banyak diminati oleh berbagai kalangan, khususnya anak – anak yang gemar makan kalian ingin mampir ke Harum Cake, kamu bisa temukannya di Jl. Kediri No. 38 A, Kuta Bali. Berada di samping Quest Hotel. Jika anda berangkat dari Bandara Ngurah Rai, maka akan menempuh waktu perjalanan sekitar 10-15menit. Tempatnya tidak begitu luas dan dapat dikatakan tergolong kecil dan untuk memudahkan anda mencari lokasi toko yang menjual Lapis Legit Harum ada juga lokasi untuk pembuatan Lapis Legit ini, yaitu di Jl Danau Buyan Barat B1/7, Perum Taman Lapis Legit Harum sudah menjadi oleh - oleh khas Bali yang wajib untuk dibeli para wisatawan yang berkunjung ke Bali. Rasanya dijamin enak dan bikin kamu ketagihan untuk mencicipinya lagi, karena sudah terbukti banyak yang sangat menyukainya. Kalau ke bali, jangan lupa menyempatkan diri untuk beli Lapis Legit Harum Cake, ya!Sejarah Kerajaan Bali. Menurut beberapa prasasti yang ditemukan, Kerajaan ini dipimpin oleh raja-raja dari Dinasti Warmadewa. Raja yang paling tersohor di Kerajaan Bali adalah Dharmodhayana Warmadewa yang memerintah sejak tahun 989. Ia memimpin kerajaan dengan permaisurinya yang bernama Mahendradatha atau Gunapriyadharmaptani hingga tahun 1001. - Lebaran Haji atau Idul Adha 1444 Hijriah sudah dekat. Sebagian umat Islam tengah menjalankan ibadah haji di Tanah Suci. Di sebagian kalangan masyarakat Indonesia, membawa oleh-oleh haji menjadi hal yang lumrah juga Sejarah Idul Adha, Mengapa Disebut Lebaran Haji dan Kurban? Namun, jika tak sempat membeli oleh-oleh ketika berada di Arab Saudi, buah tangan sebetulnya juga bisa dibeli di toko oleh-oleh haji lokal. Tak terkecuali di Surabaya. Berikut sejumlah toko oleh-oleh haji di Surabaya yang bisa disambangi. Toko oleh-oleh haji di Surabaya 1. Pasar Bong Dok. ANTARA/HO-Diskominfo Surabaya Sejumlah warga membuat mural di pintu masuk Pasar Bong, Jalan Slompretan, Kota Bong, yang berlokasi di Jalan Slompretan Nomor 26, Bongkaran, Pabean Cantikan, Surabaya menjadi salah satu pusat oleh-oleh haji dan umrah yang bisa disinggahi dan cukup legendaris. Tak perlu khawatir kekurangan pilihan, sebab tersedia puluhan toko oleh-oleh haji dan umroh di sana yang dapat dipilih. Baca juga 7 Tempat Beli Oleh-oleh Haji dan Umrah di Bandung Selain terbilang lengkap, pengunjung juga bisa membeli pernak-pernik secara grosir dengan harga miring. Dikutip dari 1/2/2023, pusat oleh-oleh haji dan umrah ini buka hingga malam hari mulai Januari 2023, menyusul adanya wisata kampung pecinan Kya-kya. 2. Oleh-oleh Haji dan Umrah Nabawi Salah satu toko oleh-oleh haji di Surabaya yang bisa menjadi pilihan adalah Oleh-oleh Haji dan Umrah Nabawi.
Dewata Bali, salah satu pusat oleh-oleh Bali yang patut dikunjungi yang terletak di Jalan By Pass Ngurai Rai 53 Tohpati Sanur, Denpasar. Diresmikan pada tanggal 30 Maret 2010, diawali dari usaha rumahan pakaian jadi konveksi, bermetamorfosis menjadi salah satu pusat penjualan souvenir ternama di Bali.Tentang Dewata Bali Dewata Oleh-Oleh Khas Bali di resmikan pada tanggal 30 Maret 2010. Dewata bergerak di bidang usaha penjualan oleh-oleh khas Bali, berupa kerajinan, kaos, pernak pernik, lukisan, patung, sandal dan camilan khas Bali yang berlogokan Dewata. Dewata hadir menjual berbagai macam oleh-oleh khas Bali dengan kualitas yang bagus serta harga yang terjangkau karena kami mempunyai tempat produksi sendiri yaitu DEWATA KAOS yang bergerak di bidang produksi kaos bali, sablon serta bordir. selain itu kami juga memiliki tempat produksi PIE SUSU DEWATA yang bergerak dibidang pembuatan PIE SUSU. PT. Angga Cahaya Dewata juga menerima kunjungan industri usaha yang dibawah naungan PT. Angga Cahaya Dewata ini juga menerima kunjungan industri kewirausahaan pembuatan pie susu dan produksi kaos yang diproduksi langsung oleh Dewata Lokasi Dewata Oleh Oleh Khas Bali terletak di Jl. Bypass Ngurah Rai No. 53 Tohpati, Denpasar, Bali. Lokasi yang sangat strategis karena hanya memerlukan waktu 15 menit dari pusat kota Denpasar menuju lokasi Dewata Oleh Oleh Khas BaliDewata Oleh-Oleh Khas Bali memiliki produk yang diproduksi sendiri dengan supply dari anak perusahaan dewata. diantaranya kaos, kemeja, cemilan serta minuman.
Jikamencari suvenir atau oleh-oleh khas Bali, tidak ada salahnya anda mengunjungi stan kerajinan Aneka di Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXVII di Art Centre Denpasar. Berburu Oleh-oleh Khas Pulau Dewata di Pesta Kesenian Bali . Komentar: Kompas.com. Travel. News. Berburu Oleh-oleh Khas Pulau Dewata di Pesta Kesenian Bali Sejarah
Negara-negara di dunia banyak yang menawarkan keindahan alam, namun Bali selalu jadi wilayah pilihan wisatawan untuk berlibur. Bali memang memiliki sesuatu yang tidak ada di tempat lain, makanya selalu pesona itu, akhirnya Bali memiliki banyak sebutan. Pulau Dewata, Pulau Seribu Pura, The Island of Gods, The Island of Paradise, The Island of Love, The Morning of The World, The Last Paradise on Earth, dan lainnya. Dari beberapa julukan itu, Pulau Dewata adalah yang paling Bali disebut Pulau Dewata, dan Pulau Seribu Pura? Berikut ini pendapat Budayawan Bali, Prof Dr I Made Bandem MA, Rabu 12/1/2022 lalu. Baca Juga Hari Baik Menikah Tahun 2022 Menurut Kalender Bali 1. Berdasarkan konsep kosmologi, Dewata Nawa Sanga menjaga Bali dari segala penjuruilustrasi Dewa Siwa. nagapuriMenurut Prof Bandem, sebutan Pulau Dewata erat kaitannya dengan konsep kosmologi Bali yang berhubungan dengan keyakinan Agama Hindu di Bali. Konsep kosmologi yang dimaksud adalah Dewata Nawa Sanga. Yakni sembilan Dewa yang menjaga Bali di setiap arah penjuru mata angin, termasuk di tengah. Berikut ini nama-nama Dewa dalam Dewata Nawa Sanga Dewa Wisnu terletak di utara Dewa Sambu terletak di timur laut Dewa Iswara terletak di timur Dewa Maheswara terletak di tenggara Dewa Brahma terletak di selatan Dewa Rudra terletak di barat daya Dewa Mahadewa terletak di barat Dewa Sangkara terletak di barat laut Dewa Siwa terletak di tengah-tengah. “Konsep ini disebut Pangider Bhuwana Mengelilingi alam. Dengan demikian, masyarakat Bali dengan kepercayaan Hindu meyakini Dewa sebagai sinar suci Tuhan menjaga Bali di segala penjuru arah. Dewata Nawa Sanga ini yang pokoknya. Di luar itu, masyarakat Bali juga meyakini dewa-dewa lainnya. Seperti di laut Dewa Baruna, di bidang pertanian meyakini Dewi Sri sebagai Dewi Kemakmuran, dan lain-lain,” ujarnya. Baca Juga Jadwal Hari Raya Hindu Bali Terbaru Tahun 2022 2. Selain Pulau Dewata, Bali juga dikenal Pulau Seribu PuraSuasana di Penataran Agung Pura Besakih, di Rendang, Karangasem saat pandemik, Minggu 3/5 petang. IDN Times/Ni Ketut SudianiSelain Pulau Dewata, Bali juga dikenal dengan julukan Pulau Seribu Pura. Hal ini tidak terlepas dari kenyataan, bahwa di setiap jengkal daerah Bali terdapat pura. Keberadaan pura di Bali berfungsi sebagai tempat pemujaan para Dewa sebagai manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Termasuk juga sebagai tempat penghormatan pada itu, pura di Bali memiliki tingkatan tersendiri. Ada tingkatan yang disebut Kahyangan Jagat, yakni pura pemujaan Tuhan beserta segala manifesti-Nya Dewa. Sesuai dengan konsep kosmologi Dewata Nawa Sanga, yang termasuk Pura Kahyangan Jagat antara lain Pura Batur di utara sebagai tempat pemujaan Tuhan dan manifestasinya sebagai Dewa Wisnu Pura Besakih di timur laut sebagai tempat pemujaan Tuhan dan manifestasinya sebagai Dewa Sambu Pura Lempuyang di timur sebagai tempat pemujaan Tuhan dan manifestasinya sebagai Dewa Iswara Pura Goa Lawah di tenggara sebagai tempat pemujaan Tuhan dan manifestasinya sebagai Dewa Maheswara Pura Andakasa di selatan sebagai tempat pemujaan Tuhan dan manifestasinya sebagai Dewa Brahma Pura Uluwatu di barat daya sebagai tempat pemujaan Tuhan dan manifestasinya sebagai Dewa Rudra Pura Batukaru di barat sebagai tempat pemujaan Tuhan dan manifestasinya sebagai Dewa Mahadewa Pura Pucak Mangu di barat laut sebagai tempat pemujaan Tuhan dan manifestasinya sebagai Dewa Sangkara Pura Besakih di tengah sebagai tempat pemujaan Tuhan dan manifestasinya sebagai Dewa Siwa. Ada juga Pura Dang Kahyangan Jagat, yang dibangun sebagai tempat penghormatan terhadap guru-guru suci untuk menghormati jasa-jasa seorang pandita. Misalnya Pura Rambut Siwi di Kabupaten Jembrana yang berkaitan dengan perjalanan rohani Dang Hyang Nirartha, Pura Silayukti sebagai tempat moksanya Mpu Kuturan, Tanah Lot, Ponjok Batu, Pulaki tidak lepas dari kedatangan Danghyang Nirartha ke Bali, serta masih banyak lagi tempat suci lainnya yang dikelompokkan sebagai Dang Kahyangan di tingkat yang lebih kecil adalah pura sebagai tempat penghormatan leluhur. Pura keluarga ini disebut Pura Merajan, Pura Ibu, dan Pura Dadia. Bahkan setiap keluarga Hindu Bali memiliki satu pura sebagai tempat persembahyangan di rumahnya, yang dinamakan Sanggah Kemulan. Selain itu, ada juga pura berdasarkan pekerjaannya seperti Pura Melanting di pasar dan Pura Ulunsuwi di sawah.“Memang kenyataan bahwa Bali itu dikelilingi banyak pura. Ada Pura Kahyangan Jagat, Dang Kahyangan, Kahyangan Tiga, Pura Merajan, Dadia, Sanggah, dan lain-lain. Nah di tambah dengan kegiatan Panca Yadnya yakni lima jenis persembahan suci yang menjadi kerangka aktivitas keagamaan Hindu Bali, menambah ketertarikan wisatawan untuk berkunjung ke Bali,” terang Prof Berdasarkan sejarah, pemberian julukan kepada Bali sudah berlangsung sejak duluPura Besakih IDN Times/Vanny El Rahman Julukan kepada Bali sejatinya sudah ada sejak lama. Namun sebutannya berbeda-beda. Pada masa kerajaan Bali Kuno di bawah Pemerintahan Raja Sri Kesari Warmadewa tahun Saka 804, Bali dikenal dengan sebutan Bali Dwipa. Sejarah keemasan Bali Dwipa juga tercatat pada masa Pemerintahan Raja Udayana dan Dalem Waturenggong. Hingga saat ini lambang atau simbol dan tulisan Bali Dwipa Jaya masih tercantum menjadi lambang Provinsi sisi lain, ada juga pandangan lain yang menyebut Bali sebagai Wali atau Banten, yang bermakna persembahan. Terkait julukan Pulau Dewata dan Pura Seribu Pura, Prof Bandem yang juga akademisi di Institut Seni Indonesia ISI Denpasar ini menuturkan, sejatinya masyarakat Bali tidak pernah mempromosikan keunikan kehidupan sosial dan Agama Hindu yang dijalankan oleh masyarakat Bali telah membawa ketertarikan tersendiri. Termasuk menarik para peneliti untuk melakukan penelitian ke arkeolog yang diingat oleh Prof Bandem adalah DR AJ Bernet Kempers asal Belanda. Ia menulis sebuah buku berjudul “Bali Purbakala” tahun 1950-an. Bernet yang juga sebagai Guru Besar di Universitas Indonesia tersebut banyak meneliti tentang pura-pura yang ada di Bali, termasuk pemujaan dewa-dewi di pura. Secara tidak langsung, buku “Bali Purbakala” ikut membangun julukan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura ini.“Orang asing dari Belanda bernama Bernet Kempers yang menulis Bali Purbakala, dia juga ikut memberikan nama Pulau Dewata. Dia yang meneliti berbagai pura yang ada di Bali. Dari buku itu, kemudian secara tidak langsung menjadi promosi pariwisata. Buku itu pun menjadi pedoman bagi para guide. Lama kelamaan, Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura menjadi suatu branding pariwisata yang menarik banyak wisatawan,” katanya. WisataBelanja Dewata Oleh Oleh Khas Bali berlokasi di Jl. By Pass Ngurah Rai 53, Tohpati, Kota Denpasar, Bali, 80225. Q3. Apakah ada kontak utama untuk Wisata Belanja Dewata Oleh Oleh Khas Bali? Anda bisa menghubungi Wisata Belanja Dewata Oleh Oleh Khas Bali lewat telepon menggunakan nomor (0623) 61467935. Q4. Jenderal Mansergh menerima penyerahan Bali dari Kolonel Hobungo Tsunoka dari Tentara Jepang. via Penulis Ufiya AmirahBelakangan ini ramai pemberitaan tentang Bupati Langkat, Sumatra Utara Sumut, yang diduga telah melakukan perbudakan dengan mengkrangkeng para buruh sawit di rumahnya. Menurut Polda Sumut, kerangkeng tersebut digunakan untuk para nara pidana napi pihak kepolisian tersebut berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Migrant Care. Justru Migrant Care menilai bahwa kerangkeng manusia tersebut adalah bentuk perbudakan modern. Berkaca dari kasus tersebut, apakah perbudakan pernah terjadi di Bali?Bali yang disebut-sebut sebagai surga dunia, ternyata juga pernah memiliki sejarah panjang tentang perbudakan. Dalam kehidupan sosial, tidak ada tatanan masyarakat tanpa konflik. Konstruksi kelas, kasta, perang kepentingan ekonomi dan politik, telah melahirkan berbagai kesenjangan dan ketimpangan. Apa saja bentuk perbudakan yang pernah terjadi di Pulau Dewata? Berikut sejarah panjang kejahatan perbudakan manusia di Bali. Baca Juga Sejarah Kabupaten Badung, Pernah Menjadi Pusat Perdagangan Budak 1. Era Kolonialisme Abad XVII-XIXPerbudakan era Kolonialisme. 2006, dalam bukunya berjudul Sisi Gelap Pulau Dewata Sejarah Kekerasan Politik, mengungkapkan bahwa budak adalah ekspor utama Bali dalam sektor ekonomi di abad ke XVII sampai XIX. Umumnya, budak perempuan dihargai 50 sampai 100 dolar dan laki-laki dihargai 10 hingga 30 dolar, lebih rendah dari di abad ke-17, daya minat asing terhadap budak di Bali cukup tinggi. Ekspor budak pertahunnya bisa mencapai orang. Raja Bali juga turut serta memanen keuntungan dari permintaan pasar atas para budak di dipandang tidak lebih dari sebuah barang. Oleh karena manusia dianggap barang, maka pemilik barang dapat memperlakukan barang tersebut sekehendaknya. Majikan dapat mengeksploitasi para budak sesuai kebutuhannya. Budak haruslah patuh pada majikan. Apabila sudah dianggap tak berguna, maka majikan berhak menjual-belikan kembali Masa Fasisme Jepang 1943-1945Perbudakan masa Fasisme Jepang yang tidak kenal Jugun Ianfu? Penari perempuan yang seringkali dijadikan objek pemuas hasrat bagi para milisi Jepang. Tak ayal, perempuan sebagai budak seks juga terjadi di perbedaan budak seks dan pekerja prostitusi? Pekerja Seks Komersial PSK diupah, sedangkan budak seks hanya sebagai objek pemuas seks tanpa ada pesangon. Mereka direkrut secara paksa tanpa ada konsensualitas kedua belah riset yang dilakukan oleh Dinar Kartika 2008 dengan topik Jugun Ianfu Pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia 1942—1945 Sebuah Analisis Perspektif Gender, memberikan gambaran penting mengenai praktik perdagangan perempuan pada masa fasisme Jepang di Bali. Mantan pekerja hiburan di Hotel Wongaye, Denpasar, menceritakan bahwa hotel tersebut merupakan tempat strategis untuk diperjual belikannya para Jugun Wongaye menyediakan 20 orang perempuan Jugun Ianfu. Para petugas hotel akan memberikan referensi foto perempuan yang dapat "dibeli" kepada para tamu. Dalam sekali transaksi, mereka perlu membayar Rp300. Para perempuan yang sudah dibeli tidak boleh menolak kemauan "konsumen".3. Kekuasaan Orde Baru 1965-1966Era Orde Baru. besar warga Bali yang mendengar tragedi 1965 mungkin akan tiba-tiba sengaja membisu, hening, dan seakan-akan tidak tahu apa-apa. Ada trauma yang begitu dalam dan menyakitkan, perlu dikubur sedalam mungkin sehingga tak perlu ada yang tahu. Hampir 32 tahun Orde Baru membisukan tragedi 65 hingga pada titik kondisi diam dianggap menjadi kultur sifat apolitis masyarakat atas hiruk pikuk kekotoran tahun 2007 Komisi Nasional Perempuan menerbitkan Laporan Pemantauan HAM Perempuan Kejahatan terhadap Kemanusiaan Berbasis Jender Mendengarkan Suara Perempuan Korban Peristiwa 1965. Bali tak luput dari perilaku pelanggaran Hak Asasi Manusia HAM terhadap perempuan berupa perbudakan seks oleh para militer atau milisi sipil dalam tragedi 65-66. Korban penyerangan massa di Kabupaten Karangasem, G, bercerita "Mereka menyeret saya, lalu menelanjangi saya di depan mayat suami dan mertua saya. Mereka tidak membunuh saya, melainkan mengarak saya bertelanjang di sekitar daerah situ. Sesudah dibawa berkeliling desa, saya diikat di balai desa, tetap dalam keadaan telanjang. Lalu mereka pergi. Beberapa orang laki-laki datang mendekati saya dan dengan kasar menggerayangi tubuh saya. Saya tidak tahu, entah di mana anak saya. Tapi saya pun tidak bisa menanyakannya kepada mereka itu. Saya diikat telanjang di balai desa selama hampir 24 jam tanpa diberi makan atau minum. Setiap kali saya melapor pada penguasa, saya selalu mereka perlakukan dengan tak senonoh. Saya diharuskan melayani nafsu seks para interogator. Terkadang mereka datang pada waktu malam untuk tidur dengan saya. Mereka tidak mengizinkan saya pindah ke rumah lain. Karena jika saya pindah, mereka akan menuduh saya melarikan diri." 4. Memasuki tahun 2000anIlustrasi Perdagangan Perempuan IDN Times/Mardya Shakti Perlakuan tak manusiawi, perbudakan melalui perdagangan manusia, masih saja terjadi. Dilansir dari Los Angeles Times, 6 Januari 2022, eksploitasi anak turut meningkat di Bali sejalan dengan matinya pariwisata sejak COVID-19 melanda Pulau Bali yang sangat bergantung pada sektor pariwisata mengakibatkan hilangnya mata pencaharian penduduk secara drastis. Tak ayal, memperdagangkan manusia menjadi jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan perut. Perdagangan manusia, khususnya perempuan dan anak, acapkali dilakukan secara daring seperti melalui Telegram, Mechat, atau Tinder. Para mucikari melakukan manipulasi dengan berbagai cara untuk merekrut para korban. Baik dengan iming-iming gaji yang tinggi maupun menjanjikan pekerjaan yang layak di hotel dan tautan disebutkan bahwa telah terjadi eksploitasi anak dan tindak pidana perdagangan orang dengan kurun waktu 28 Desember 2019 sampai 15 Januari 2020 di Desa Senganan, Penebel, Kabupaten Tabanan. Sindikat pelaku eksploitasi tersebut diduga adalah warga Perbudakan di Bali hingga kiniIlustrasi kekerasan IDN Times/Sukma ShaktiSebagai kota internasional, Bali sangat rentan terhadap opresi human trafficking lintas negara. Secara historis, fakta-fakta di atas menunjukkan jejak-jejak hitam di balik indah dan asrinya Bali yang membuat candu, terdapat masifnya sebuah kejahatan kemanusiaan. Perbudakan terus menerus ada sejak berabad-abad silam di Bali, bahkan dalam periode tertentu sudah menjadi juga menemukan adanya praktik human trafficking terhadap anak di bawah umur. Pada tahun 2019, anak-anak yang berjumlah 5 orang dijadikan pekerja prostitusi di kawasan Sanur, Denpasar. Layaknya barang, mereka dipaksa untuk dipamerkan di kaca etalase agar lebih menarik para 'konsumen'. Mereka juga diwajibkan melayani hasrat seksual satu hingga delapan orang dalam sehari. Sampai kapan praktik perbudakan ini akan terus terjadi? Balidihuni oleh bangsa Austronesia sekitar tahun 2000 SM yang bermigrasi dan berasal dari Taiwan melewati Maritime Asia Tenggara. Bahasa yang dipakai sangat erat dengan orang dari kepulauan yang ada di Indonesia, Filipina, Oseania dan Malaysia. Peralatan yang terbuat dari batu ditemukan di desa cekik sebelah barat pulau Bali.Walter Spies, pelukis Jerman, bersama penduduk Bali. KRISIS ekonomi di Eropa saat ini berdampak pada perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata ikut terpukul, “karena kunjungan didominasi turis dari kawasan itu,” tulis Kompas 19/6. Pariwisata menyumbang devisa dalam negeri di atas lima persen per tahun terhadap pendapatan negara. Tahun ini, meski belum bisa menetapkan target kunjungan, pendapatan dari pariwisata tidak kurang dari 8,6 miliar dollar AS. Destinasi wisata ke Bali hingga kini masih tetap yang tertinggi. Sejak dulu Bali memikat banyak orang Eropa. Keindahan alam, keunikan budaya, dan agamanya jadi magnet yang menarik pengunjung. Bali kerap disebut sebagai “surga terakhir” di bumi. Karenanya penguasa kolonial berusaha menjadikan Bali sebagai museum hidup. “Pulau ini akan menjadi panggung terbuka yang memamerkan kuil yang direstorasi dengan biaya mahal dan sekolah Hindu-Bali’ khusus, yang akan mengajarkan tari Bali, musik gamelan, seni lukis, serta agama dan filsafat Hindu kepada anak-anak,” tulis Frances Gouda dalam Dutch Cultures Overseas. Balinisasi itu pula yang muncul dalam imajinasi para seniman, yang berdatangan ke Bali. Banyak seniman Eropa menetap di Pulau Dewata. Adrien Jean Le Mayeur de Merpes salah satunya. Pelukis Belgia itu menjadikan Bali sebagai rumah terakhirnya pada 1932. Dia menikahi Ni Polok –penari legong tenar berusia 15 tahun yang kerap jadi model lukisannya. Ada juga Walter Spies, pelukis Jerman yang bermukim, berkarya, dan menghidupkan kembali Museum Etnografi yang didirikan arsitek Jerman Curt Grundler namun hancur akibat letusan Gunung Batur. Banyaknya seniman turut mempopulerkan Bali ke dunia Barat. Biro-biro wisata terdorong menjual paket wisata ke Bali pada akhir 1920-an. Penginapan-penginapan sederhana dibangun. Pada kurun waktu yang sama, perusahaan pelayaran Koninklijke Paketvaart Maatschappij KPM punya rute pelayaran ke Bali. KPM membangun hotel pertamanya, Hotel Bali. Mereka juga mempromosikan Bali via poster, brosur, hingga perangko. Jumlah turis Eropa ke Bali terus meningkat 50-100 orang per bulan pada 1930 meningkat lebih dari 100 persen pada 1939. Horst Henry Geerken, yang kali pertama ke Bali pada 1964 dalam kapasitas membangun Bandara Internasional Tuban kini Ngurah Rai dan mewakili perusahaan Telefunken, masih merasakan kesan indah tentang Bali. Baginya, Bali adalah tempat nyata bagi perpaduan antara keindahan dan kebahagiaan. Kekayaan itu tak didapatkan di tempat lain, termasuk di daerah lain di Indonesia. “Bagi orang luar, Bali dengan pura, warna-warni, tarian, dan musiknya seperti museum,” tulis Horst Henry Geerken dalam A Magic Gecko. Kekayaan budaya dan keindahan alam tetap jadi modal pengembangan pariwisata Bali oleh pemerintah Indonesia tatkala negeri ini sudah berdiri. Presiden Sukarno lalu membuat bandara Internasional Tuban kini Ngurah Rai dan membangun Bali Beach Hotel, yang dibangun dengan dana pampasan perang Jepang. “Presiden Soekarno saat itu telah menyadari bahwa Bali akan menjadi daya tarik turis sehingga memerintahkan dibangunnya sebuah hotel mewah,” tulis Geerken. Namun, pemerintahan Sukarno yang singkat dan tersita urusan politik tak bisa berbuat banyak mengembangkan pariwisata Bali. Baru pada masa Orde Baru, yang berorientasi pembangunan ekonomi, pemerintah gencar membangun pariwisata Bali dan mempromosikannya ke berbagai tempat. Pembangunan infrastruktur pariwisata, seperti hotel dan restauran, makin digalakkan. Bali makin terkenal ke seantero jagat. Sejumlah seniman Barat masih tergerak datang. Ketenaran Bali bahkan jauh melebihi ketenaran Indonesia. Banyak orang luar negeri menyangka Bali bukan bagian Indonesia. Meski begitu, menurut Robert Pringle dalam A Short History of Bali Indonesia′s Hindu Realm, tak ada aspek sejarah Bali yang dapat sepenuhnya dipahami secara terpisah dari konteks Indonesia.
.